PUISI 3
MADURA
Petani Garam, Nelayan
Aku masih ingat, bagaimana terik
matahari menyengat pandang
Datang dengan tanda tanya yang sempurna
Kadang memanja,
Kadang hilang seiring tibanya warna jingga
Kueja hamparan pulau yang menyelat antara
Laut Jawa dan Selat Madura
Sederet hikayat para petani dan nelayan di
bait pertama
Terlepas dari percakapan orang tua tentang
kiai-santri, miskin-kaya.
Ini kali, masih kudapati putaran
baling-baling di tiap sudut tambak nan tanggul
Beserta bentur angin dan do'a-do'a para
petani yang merenta,
Berdecaklah seluruh harapan yg terpampang
di rusuk dada mereka
Leraikan segenap ketabahan dan penghidupan
yang ada
Garis-garis penghidupan petani garam
menyimpan setumpuk impian dari derasnya rusuk kincir yang membaling mesra angin
siang.
Taruh-menaruh kehidupan para nelayan
Nampak terurai jelas pada layar biru tua
Menghadap utara menuju pulang.
Sumenep, 2017
Penulis bernama Choirur Rahman.
Aktif di Forum Belajar Sastra (FBS) & Komunitas
Rumah Kita
Komentar
Posting Komentar